Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Keyakinan yang berbasis Allah

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Juni 2010

Diterjemahkan dari The Christian Science Journal, edisi Januari 2010


Dengan keyakinan? Atau dengan rasa takut? Dua cara yang sangat berbeda untuk melangkah ke tahap berikutnya. Ketika menghadapi masalah hidup—dari hal-hal yang paling dramatis sampai  yang paling biasa—saya ingin merasa dapat  maju dengan keyakinan alih-alih rasa takut. Namun, saya menginginkan lebih dari sekedar keyakinan pada kemampuan  serta bakat insani saya. Ketika saya mengandalkan gudang kemampuan pribadi saya, satu-satunya yang dapat saya "yakini" adalah bahwa saya harus menerima keterbatasan yang melekat dalam kehidupan fana.

Alih-alih keterbatasan, saya menginginkan keyakinan yang datang dari pemahaman yang lebih dalam tentang diri saya sebagai ide Allah. Ketika setiap hari saya belajar lebih banyak  tentang Allah dan oleh karena itu juga tentang identitas saya sebagai ide-Nya, maka keyakinan saya yang berbasis kesejatian semakin tumbuh, dan secara tak terelakkan menyingkirkan keraguan serta ketakutan insani.  Setiap kali saya menolak keterbatasan yang disuguhkan keyakinan yang bersifat insani semata-mata, hidup saya dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yang tidak habis-habisnya akan kegiatan yang tidak dapat gagal serta tidak mengenal takut. Allah adalah Semua dan Dia adalah baik. Ini adalah fakta mutlak yang menjadikan keinginan saya untuk memiliki keyakinan yang berbasis kesejatian, dapat dipenuhi.  Saya tidak perlu lagi "berharap" memiliki yang diperlukan untuk menjadi tidak takut. Saya tahu saya memilikinya.

Bagi saya, Yesus adalah contoh sempurna akan keyakinan yang berbasis kesejatian. Kesadarannya akan identitas rohaniahnya yang berasal dari Allah, memungkinkannya untuk sepenuhnya merasa tidak takut—dan keyakinan itulah yang mendorong orang-orang di sekitarnya untuk tidak takut. Tanpa kecuali, ia memandang setiap hal yang dihadapkan kepadanya dari sudut pandang Allah akan kesempurnaan. Dan oleh karena itu apa pun yang diperlukannya tersedia baginya. Mereka yang sakit disembuhkan, mereka yang berdosa ditebus, mereka yang kekurangan menemukan kelimpahan di manapun mereka berada. Melalui hukum-hukum Ilmupengetahuan Kristen, setiap orang di antara kita memiliki akses terus-menerus kepada  keyakinan yang sama yang tidak mengenal takut, yang dicontohkan kehidupan Yesus. Betapapun besarnya rasa takut, sakit, terluka, bingung, atau tidak berdaya yang seakan kita alami, sesungguhnya saat itu juga Allah memperlengkapi tiap-tiap ideNya—Anda, saya dan setiap orang lain—dengan keyakinan akan kuasaNya. Apa yang merupakan wujudNya, kita miliki sebagai cerminanNya.

Beberapa tahun yang lalu saya mendapatkan kesempatan yang baik sekali  untuk mempraktekkan keyakinan saya yang berbasis kesejatian. Saya terjatuh saat menunggang kuda dan para tetangga yang menemukan saya dalam keadaan pingsan, mencari pertolongan. Saya  pertama kali sadar ketika petugas paramedik sedang bersiap-siap memasukkan saya ke ambulans setelah memasang penyangga leher dan papan khusus untuk menjaga agar kepala saya tidak bergerak. Saya kehilangan kesadaran lagi dan siuman di ruang gawat darurat rumah sakit setempat.  Saya telah menjalani pemotretan dengan sinar X, suami saya dan beberapa teman telah tiba, dan dokter, setelah mempelajari hasil pemotretan,  memperingatkan bahwa sedikit saja gerakan yang salah dapat memicu kelumpuhan atau bahkan kematian.  Dokter menjelaskan bahwa saya harus segera dibawa ke rumah sakit metropolitan yang lebih besar  di mana para spesialis dapat menangani saya. Saat itulah keyakinan yang berbasis kesejatian mengetuk pikiran saya.  Langsung saya berpikir, “Saya tidak perlu pergi ke mana pun untuk itu. Saya memiliki 'spesialis' sendiri yang tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Siapa yang dapat mengenal saya lebih baik daripada Pencipta saya sendiri?"

Biarpun mungkin saat tergeletak di tempat tidur rumah sakit itu kelihatannya saya sangat ketakutan mempertimbangkan pilihan yang paling tepat, sebenarnya saya hanya melihat satu kemungkinan—penyembuhan. Jadi saat dokter yang ramah tetapi tegas itu menjelaskan pilihan saya yang terbatas (menurut pandangannya), saya mengatakan kepadanya bahwa saya ingin pergi ke fasilitas perawatan Ilmupengetahuan Kristen, di mana saya dapat bergantung sepenuhnya  pada penyembuhan rohaniah. Maka terjadilah diskusi, dan meskipun dokter itu terus memperingatkan saya bahwa gerakan dapat menimbulkan resiko yang gawat, akhirnya dengan enggan dia melepaskan saya. Meskipun ia tidak memahami dari mana saya mendapatkan keyakinan itu, saya merasa bahwa dokter itu menghormati pilihan saya.

Dokter yang tulus ini telah menawarkan pilihan-pilihan terbatas, tapi saya tahu saya memiliki pilihan lain—kesembuhan total, kebebasan total. Saya  terbaring di koridor rumah sakit dalam keadaan yang tampaknya menakutkan dan berbahaya, namun keyakinan saya tak tergoyahkan. Bergantung kepada pemeliharaan Allah yang efektif dan menyeluruh sudah selalu menjadi pendekatan saya yang pertama, teraman, dan paling masuk akal untuk situasi apa pun. Keyakinan yang berbasis kesejatian ini—termasuk  menghadapi ketakutan secara frontal dan melihatnya sebagai tidak sejati—selalu menghancurkan kuasa apa pun  yang coba dimiliki ketakutan.

Setelah saya berada di fasilitas itu, saya hanya mempunyai satu tujuan: untuk bebas dari rasa takut bahwa jika saya salah bergerak saya akan lumpuh atau mati.  Dengan jujur saya dapat mengatakan, bahwa  saat itu "keyakinan" saya adalah saya bisa mengatasi ketakutan, bukan saya sudah mengatasinya. Sementara seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen yang penuh kasih mendukung saya melalui doa, dan para perawat Ilmupengetahuan Kristen yang juga sangat mengasihi menyediakan perawatan,  saya menghabiskan hampir setiap waktu sadar untuk berpikir dan berdoa mengenai sebuah ayat dari Kitab Yesaya: "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan" (41:10).

"Janganlah takut" adalah suara lembut penuh kasih Ibu-Bapa terkasih saya  yang berbisik, "Tenanglah sekarang. Tidak ada yang perlu ditakuti. Aku di sini. Semua baik ". Itulah janji-Nya yang lugas bagi saya, "Tidak perlu takut karena Aku mahakuasa.”  Saya diperintahkan, "Berhentilah merasa takut. Berhentilah mempercayai apa pun selain Aku." "Aku akan memegang engkau" memberitahu saya bahwa tulang dan otot bukanlah raga saya. Sebaliknya, raga saya terbentuk dari sifat-sifat rohaniah yang mencerminkan Kebenaran dan Kasih. "Aku ini Allahmu" mengatakan kepada saya bahwa apa pun yang perlu dilakukan, sudah dilakukanNya. Yang disangkakan sebagai keadaan kebendaan sama sekali tidak menentukan, membatasi, ataupun menjadi kendala bagi kegiatan-kegiatan saya yang didukung Allah. Saya bukan manusia fana yang malang yang pada satu saat sehat sepenuhnya, kemudian berubah menjadi sama sekali tak berdaya pada saat berikutnya. Saya tahu bahwa pandangan Allah tentang diri saya adalah satu-satunya  yang penting.  Jadi saya hanya berpaling kepada Allah untuk mendapatkan ilham mengenai hal yang harus saya lakukan tiap-tiap saat.

Berbasis kesejatian mengenai siapa Allah itu dan karena itu mengenai siapa saya sesungguhnya, ketakutan saya mulai menghilang, dan saya mulai lebih banyak bergerak. Sepuluh  hari sesudah tiba di fasilitas itu, saya sudah bisa  berjalan menuju mobil dan suami saya membawa saya pulang.

Saya terus mengalami kemajuan yang pesat, sarat dengan doa, dan benar-benar bebas bergerak dalam beberapa minggu.

Ilmupengetahuan dan Kesehatan  mengatakan, "Peganglah teguh-teguh dalam pikiran, bahwa keselarasan adalah yang sejati ...”  (hlm. 412). Menghayati kalimat ini dalam hati, saya tahu bahwa saya dapat bersiteguh—-dengan mutlak, dari saat ke saat bersiteguh— bahwa saya tidak takut dan bebas, utuh dan sehat, karena inilah kesejatian wujud setiap orang di antara  kita. Mengetahui bahwa kita tidak tersentuh oleh apa pun selain kebesaran Allah yang tidak berhingga, memungkinkan kita untuk yakin akan kesembuhan total, karena Allah adalah “sumber wujudnya [kita] yang pertama dan yang terakhir” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan).  Bagi saya ini berarti bahwa Allah adalah asal kita, tempat  kita berada, dan di mana kita akan selalu berada.

Tepat di tengah yang tampaknya suatu pengalaman yang mengerikan, tepat di mana ketakutan tampaknya ada di barisan terdepan—di situ yang ada hanyalah kesejatian akan kesatuan kita dengan Allah. Tidak peduli betapa berkuasa ketakutan kelihatannya, atau betapa kuatnya ketakutan tertanam dalam penanggapan insani kita akan yang "sejati," pada kenyataanya hal itu bukanlah sesuatu. Kesemestaan Allah tidak memberi ruang sedikit pun untuk sesuatu yang tidak menyerupai Allah.

Tidak ada yang lebih luhur atau lebih aman daripada pemahaman yang berpusat pada Allah yang memungkinkan kita mengambil setiap langkah dalam hidup kita untuk maju tanpa takut.  Untuk melangkah ke setiap saat berikutnya dengan penuh keyakinan, kejelasan, dan kebebasan.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.